1. Petak Umpet
Petak umpet adalah sejenis permainan yang bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin banyak akan semakin seru.
Cara Bermain:
Dimulai
dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan
sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya
akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya
dia menghadap tembok, pohon atau apasaja supaya dia tidak melihat
teman-temannya bergerak untuk bersembunyi (tempat jaga ini memiliki
sebutan yang berbeda di setiap daerah, contohnya di beberapa daerah di
Jakarta ada yang menyebutnya INGLO, di daerah lain menyebutnya BON dan
ada juga yang menamai tempat ituHONG). Setelah hitungan sepuluh (atau
hitungan yang telah disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya
terbuka, hitungan biasanya ditambah menjadi 15 atau 20) dan setelah
teman-temannya bersembunyi, mulailah si "kucing" beraksi mencari
teman-temannya tersebut.
Jika si "kucing" menemukan temannya, ia akan
menyebut nama temannya sambil menyentuh INGLO atau BON atau HONG,
apabila hanya meneriakkan namanya saja, maka si "kucing" dianggap kalah
dan mengulang permainan dari awal. Apabila Yang seru adalah, pada saat
si "kucing" bergerilya menemukan teman-temannya yang bersembunyi, salah
satu anak (yang statusnya masih sebagai "target operasi" atau belum
ditemukan) dapat mengendap-endap menuju INGLO, BON atau HONG, jika
berhasil menyentuhnya, maka semua teman-teman yang sebelumnya telah
ditemukan oleh si "kucing" dibebaskan, alias sandera si "kucing"
dianggap tidak pernah ditemukan, sehingga si "kucing" harus kembali
menghitung dan mengulang permainan dari awal.
Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya.
2. Bentengan
Bentengan
adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri
dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat
sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai
'benteng'.
Cara Bermain:
Tujuan utama permainan
ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih 'benteng' lawan dengan
menyentuh tiang atau pilaryang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan
kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan 'menawan' seluruh
anggotalawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang
berhak menjadi 'penawan' dan yang 'tertawan' ditentukan dariwaktu
terakhir saat si 'penawan' atau 'tertawan' menyentuh 'benteng' mereka
masing-masing.
Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh
bentengberhak menjadi 'penawan' dan bisa mengejar dan menyentuhanggota
lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan biasanya ditempatkan di
sekitar benteng musuh. Tawanan juga bisa dibebaskan bila rekannya dapat
menyentuh dirinya.
Dalam permainan ini, biasanya masing - masing
anggota mempunyai tugas seperti 'penyerang', 'mata - mata, 'pengganggu',
dan penjaga'benteng'. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan
berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.
3. Egrang
Egrang
atau jangkungan adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar
bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Egrang berjalan adalah
egrang yang diperlengkapi dengan tangga sebagai tempat berdiri, atau
tali pengikat untuk diikatkan ke kaki, untuk tujuan berjalan selama naik
di atas ketinggian normal. Di dataran banjir maupun pantaiatau tanah
labil, bangunan sering dibuat di atas jangkungan untuk melindungi agar
tidak rusak oleh air, gelombang, atau tanah yang bergeser. Jangkungan
telah dibuat selama ratusan tahun[1].
Egrang di Indonesia biasa
dimainkan ataupun dilombakan saat peringatan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, 17 Agustus. Egrang dengan versi lain juga dimainkan pada saat
upacara sunatan.
4. Boi-Boian
Permainan tradisonal dengan total lima sampai sepuluh orang.
Cara Bermain":
Model
permainannya yaitu menyusun lempengan batu, biasanya diambil dari
pecahan genting atau pocelen yang berukuran relatif kecil. Bolanya
bervariasi, biasanya terbuat dari buntalan kertas yang dilapisi plastik,
empuk dan tidak keras, sehingga tidak melukai. Satu orang sebagai
penjaga lempengan, yang lainnya kemudian bergantian melempar tumpukan
lempengan itu dengan bola sampai roboh semua. Setelah roboh maka penjaga
harus mengambil bola dan melemparkannya ke anggauta lain yang melempar
bola sebelumnya. Yang terkena lemparan bola yang gatian menjadi penjaga
lempengannya.
5. Kelereng
Kelereng
dengan berbagai sinonim gundu, keneker, kelici, guli adalah bola kecil
dibuat dari tanah liat, marmer atau kaca untuk permainan anak-anak.
Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari
ujung ke ujung. Kelereng kadang-kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia
dan warnanya yang estetik.
Cara Bermain:
Bentuk
permainan yang biasa dimainkan adalah main porces. Cara permainannya
dengan menggambar segitiga sama kaki ditanah kemudian masing-masing
pemain meletakkan sebuah kelerengnya diatas gambaran segitiga tersebut.
Buah pasangan namanya, buah kelereng yang dipertaruhkan. Peserta,
tergantung jumlah pemain. Biasanya paling sedikit tiga pemain dan paling
banyak idealnya enam pemain. Kalau lebih dari itu dibuat dua kelompok.
Permainan dimulai dengan cara masing-masing pemain menggunakan sebuah
kelereng sebagai gacoannya lalu melempar buah pasangan tersebut dari
jarak dua atau tiga meter .Pemain secara bergantian melempar sesuai
urutan berdasarkan hasil undian dengan adu sut jari tangan Pelemparan
gaco dilakukan dengan membidik dan melempar keras dengan maksud mengenai
buah pasangan atau agar hasil lemparan mendarat dilapangan permainan
terjauh.
Selanjutnya yang mengawali permainan adalah siapa yang
berhasil mengenai buah pasangan, dialah mendapat giliran pertama.. Kalau
tidak ada yang mengenai buah pasangan ,maka yang mulai bermain adalah
gacoannya yang terjauh. Pemain harus berusaha menghabiskan buah pasangan
diporces pada saat giliran bermain. Ada yang sekali giliran main sudah
mampu menghabiskan semua buah pasangan. Tanda dia pemain yang terampil.
Berbagai taktik untuk menang dilakukan ,antara lain kalau tidak mau
memburu gacoan lawan , maka pilihannya adalah menembakkan gacoan
ketempat yang kosong untuk disembunyikan agar tidak dapat dimatikan oleh
lawan-lawan main. Pemain yang mampu menghabiskan buah pasangan terakhir
dilanjutkan berburu menembak gacoan lawan . Pemain yang gacoannya kena
tembak maka gacoannya mati ,selesailah permainannya pada game tersebut.
6. Gatrik
Gatrik
atau Tak Kadal pada masanya pernah menjadi permainan yang populer di
Indonesia. Merupakan permainan kelompok, terdiri dari dua kelompok.
Cara Bermain:
Permainan
ini menggunakan alat dari dua potongan bambu yang satu menyerupai
tongkat berukuran kira kira 30 cm dan lainnya berukuran lebih kecil.
Pertama potongan bambu yang kecil ditaruh di antara dua batu lalu
dipukul oleh tongkat bambu, diteruskan dengan memukul bambu kecil
tersebut sejauh mungkin, pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali
sampai suatu kali pukulannya tidak mengena/luput/meleset dari bambu
kecil tersebut. Setelah gagal maka orang berikutnya dari kelompok
tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang terakhir. Setelah selesai
maka kelompok lawan akan memberi hadiah berupa gendongan dengan patokan
jarak dari bambu kecil yang terakhir hingga ke batu awal permainan
dimulai tadi. Makin jauh, maka makin enak digendong dan kelompok lawan
akan makin lelah menggendong.
7. Lompat Tali
Permainan
ini sudah tidak asing lagi tentunya, karena permainan lompat tali ini
bisa di temukan hampir di seluh indonesia meskipun dengn nama yang
berbeda-beda. permainan lompat tali ini biasanya identik dengan kaum
perempuan. tetapi juga tidak sedikit anak laki-laki yang ikut bermain.
Cara Bermain:
Permainan
lompat tali tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet
dengan ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet
tersebut, maka ia akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan
berhenti bermain. Namun, apabila gagal sewaktu melompat, pemain tersebut
harus menggantikan posisi pemegang tali hingga ada pemain lain yang
juga gagal dan menggantikan posisinya.
Ada beberapa ukuran
ketinggian tali karet yang harus dilompati, yaitu: (1) tali berada pada
batas lutut pemegang tali; (2) tali berada sebatas (di) pinggang
(sewaktu melompat pemain tidak boleh mengenai tali karet sebab jika
mengenainya, maka ia akan menggantikan posisi pemegang tali; (3) posisi
tali berada di dada pemegang tali (pada posisi yang dianggap cukup
tinggi ini pemain boleh mengenai tali sewaktu melompat, asalkan
lompatannya berada di atas tali dan tidak terjerat); (4) posisi tali
sebatas telinga; (5) posisi tali sebatas kepala; (6) posisi tali satu
jengkal dari kepala; (7) posisi tali dua jengkal dari kepala; dan (8)
posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali.
8. Ular Naga
Ular
Naga adalah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan di luar
rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang
atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di
bawah cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga
lebih, anak-anak umur 5-12 tahun (TK - SD).
Cara Bermain:
Anak-anak
berbaris bergandeng pegang 'buntut', yakni anak yang berada di belakang
berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya.
Seorang anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai
"induk" dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi
yang cukup besar bermain sebagai "gerbang", dengan berdiri berhadapan
dan saling berpegangan tangan di atas kepala. "Induk" dan "gerbang"
biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah
satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan.
Barisan
akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang
berjalan-jalan dan terutama mengitari "gerbang" yang berdiri di
tengah-tengah halaman, sambil menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu
sesuai dengan lagu, Ular Naga akan berjalan melewati "gerbang". Pada
saat terakhir, ketika lagu habis, seorang anak yang berjalan paling
belakang akan 'ditangkap' oleh "gerbang".
Setelah itu, si "induk"
--dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya-- akan berdialog
dan berbantah-bantahan dengan kedua "gerbang" perihal anak yang
ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu,
sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak
yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan
pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu "gerbang".
Permainan
akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga kembali
bergerak dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang
ditangkap. Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga "induk"
akan kehabisan anak dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar
dipanggil pulang orang tuanya karena sudah larut malam.
9. Engklek
Permainan
engklek merupakan permainan tradisional lompat–lompatan pada
bidang–bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar
kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu kekotak
berikutnya.
Permainan engklek biasa dimainkan oleh 2 sampai 5
anak perempuan dan dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai
permainan ini kita harus mengambar kotak-kotak di pelataran semen, aspal
atau tanah, menggambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah
kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat.
Cara Bermain:
10. Congklak
Congkak
adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam
nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang
kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala
digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan.
Cara Bermain:
Permainan
congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan
papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah biji yang
dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak
terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang
kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada papan
congklak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang
saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lobang
kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai
milik sang pemain.
Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi
dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain yang berhadapan, salah seorang
yang memulai dapat memilih lobang yang akan diambil dan meletakkan satu
ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis di lobang
kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut
dan melanjutkan mengisi, bila habis di lobang besar miliknya maka ia
dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil di sisinya. Bila habis di
lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di
sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lobang kosong di sisi
lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.
Permainan
dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat dimabil
(seluruh biji ada di lobang besar kedua pemain). Pemenangnya adalah yang
mendapatkan biji terbanyak.